Halaman

Minggu, 20 Desember 2009

tentang kebijakan moneter

Kebijakan Moneter (Monetary Policy)
Moneter dalam banyak buku teks ekonomi didefinisikan sebagai uang. oleh karena itu fokus utama pembahasan dalam kebijakan moneter adalah mengenai peranan uang dalam perekonomian, baik mengenai teori-teori tentang uang, pengelolaan, kebijakan, instrument maupun institusi yang menjadikan uang sebagai objek ktifitasnya. Dalam hal ini akan diuraikan tentang kebijakan moneter, baik pengertiannya, instrument- nstrumennya menurut konvensional
A. Peranan Uang Dalam Perekonomian.

Uang merupakan materi yang sangat berharga dan sangat ‘diagungkan’ di dunia. Perekonomian modern tidak dapat dipisahkan dengan pentingnya uang. Uang ibarat darah dalam tubuh manusia, tanpa uang, perekonomian tidak akan dapat berjalan sebagaimanamestinya.
Secara sederhana, uang didefinisikan segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam pertukaran. Secara hukum, uang adalah sesuatu yang dirumuskan oleh undang-undang sebagai uang. Jadi segala sesuatu dapat diterima sebagai uang jika ada aturan atau hukum yang menunjukkan bahwa sesuatu itu dapat digunakan sebagai alat tukar.
Fungsi utama uang dalam teori ekonomi konvensional adalah:
1. Sebagai alat tukar (medium of exchange) uang dapat digunakan sebagai alat untuk
mempermudah pertukaran.
2. Sebagai alat kesatuan hitung (unit of Account) untuk menentukan nilai/ harga
sejenis barang dan sebagai perbandingan harga satu barang dengan barang lain.
3. Sebagai alat penyimpan/penimbun kekayaan (Store of Value) dapat dalam bentuk
uang atau barang.

Teori Perilaku Uang.
Ada beberapa teori yang digunakan untuk menjelaskan prilaku uang dalam ekonomi konvensional,
antara lain:

1. Teori Moneter Klasik. Teori permintaan uang klasik tercermin dalam teori
kuantitas uang (MV = PT). Keberadaan uang tidak dipengaruhi oleh suku bunga,
tetapi ditentukan oleh kecepatan perputaran uang tersebut.

2. Teori Keynes. Menurut Keynes, motif seseorang untuk memegang uang ada
tiga tujuan yaitu: Transaction motive, Precautionary motive (keperluan
berjaga-jaga) dan Speculative motive. Motif transaksi dan berjaga-jaga
ditentukan oleh tingkat pendapatan, sedangkan motif spekulasi ditentukan oleh
tingkat suku bunga.

3. Konsep Time Value of Money. Dua hal yang menjadi alasan munculnya konsep
ini adalah : presence of inflation dan preference present consumption to future
consumption.

Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah Negara. Biasanya otoritas moneter dipegang oleh Bank Sentral suatu negara. Dengan kata lain, kebijakan moneter merupakan instrumen Bank Sentral yang sengaja dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi variable-variabel financial seperti suku bunga dan tingkat penawaran uang.. Sasaran yang ingin dicapai adalah memelihara kestabilan nilai uang baik terhadap factor internal maupun eksternal. Stabilitas nilai uang mencerminkan stabilitas harga yang pada
akhirnya akan mempengaruhi realisasi pencapaian tujuan pembangunan suatu
Negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi, perluasan
kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi riil yang optimum dan stabilitas ekonom
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policu)
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
System moneter internasional
Sistem moneter internasional mengacu pada institusi-institusi dimana pembayaran atas transaksi lintas negara dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaiman kurs tukar asing ditentukan dan bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar. Sistem moneter internasional yang berfungsi dengan baik akan memfasilitasi perdagangan internasional dan investasi, serta mempermudah adaptasi terhadap perubahan. Elemen inti dari sistem moneter internasional adalah menentukan pengaturan sistem kurs tukar. Dalam tahun-tahun belakangan, negara-negara menggunakan satu dari tiga sistem kurs tukar berikut (Samuelson dan Nordhaus, 2005:609-615) :
1. Sistem kurs tetap.
Pada sistem kurs tetap, pemerintah menentukan berapa kurs tukar atas mata uangnya terhadap mata uang lain. Kurs yang telah ditentukan tersebut akan dipertahankan melalui intervensi dan kebijakan moneter. Dengan sistem ini, kurs tukar tidak berubah ketika harga ataupun pendapatan antar negara berubah. Oleh karena itu, harga dan pendapatan domestiklah yang harus menyesuaikan untuk mengembalikan ke kondisi ekuilibrium.
2. Sistem kurs fleksibel atau mengambang.
Pada sistem kurs fleksibel, kurs tukar murni ditentukan oleh permintaan dan penawaran barang, jasa, dan investasi swasta tanpa adanya intervensi dari pemerintah. Pemerintah sama sekali tidak dapat mempengaruhi kurs tukar.
3. Sistem kurs terkendali.
Pada sistem kurs terkendali, kurs tukar ditentukan oleh pasar, namun pemerintah dapat membeli dan menjual mata uang atau menukar persediaan uang mereka untuk mempengaruhi kurs tukar secara langsung. Pemerintah juga dapat mempengaruhi kurs tukar secara tidak langsung, misalnya melalui kebijakan moneter dengan menaikkan atau menurunkan suku bunga. Sistem ini telah menjadi kurang popular karena banyak negara lebih menuju pada sistem kurs tetap ataupun sistem kurs fleksibel.